Jumat, 20 November 2015

Pengkaderan Anggota Baru Ikatan Mahasiswa Papua Universitas Hasanuddin (IMP UNHAS) dan Universitas Negeri Makassar (UNM) Makassar Tahun 2015

 Pengkaderan Anggota Baru Ikatan Mahasiswa
Papua Universitas Hasanuddin (IMP UNHAS) dan Universitas Negeri Makassar (UNM) Makassar Tahun 2015 



Makassar- Mahasiswa Papua yang tergabung dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Papua (IMP UNHAS) dan UNM Makassar, mengadakan acara Penerimaan Anggota Baru tahun 2015. Pada acara pengkaderan kali ini, bertempat di Tanjung Bayang dengan mengangkat tema Membentuk Kader-Kader Pemimpin Yang Berintegritas, Spritualitas Serta Loyal Dalam Berlembaga.

 Pengkaderan adalah suatu proses pembentukan karakter seseorang agar sepaham dengan ideologi ataupun agar orang tersebut mengerti aturan-aturan yang ada dalam suatu kelompok atau organisasi, sehingga orang tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Pengkaderan juga berfungsi sebagai sarana memperkenalkan lingkungan kepada mahasiswa baru dan saling menggenal antar sesama mahasiswa baru maupun senior.

Pengkaderan juga pada hakikatnya adalah sebuah hal yang penting di dalam suatu kelompok ataupun organisasi, agar kelompok atau organisasi tersebut dapat membentuk kader-kader baru yang berkualitas, yang kedepanya akan berguna bagi kelompok atau organsasi tersebut. Karena akan ada regenerasi yang baik di dalam kelompok atau organisasi tersebut karena banyaknya kader-kader yang berkualitas. Pengkaderan yang baik juga akan melahirkan kader-kader yang mempunyai disiplin tinggi dan komitmen yang kuat bagi organisasi atau kelompoknya.

Ketua Panitia Menaser Rumfandu Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin dalam sambutannya mengatakan bahwa, lewat organisasi ini membentuk kita lebih akrap sesama mahasiswa Papua kedua kampus tersebut, tak ada kata kamu dari Papua ini, Papua itu, kita satu untuk Papua dan Papua adalah kita.

Dalam sambutannya Team Perumus Organisasi Mahasiswa Papua Universitas Hasanuddin (IMP UNHAS) dan Universitas Negeri Makassar (UNM) Anthonnius Cambu S.I.Kom.M.I.Kom. Mengatakan Organisasilah yang membentuk karakter, cakrawala berfikir, berani berbicara kalian dan organisasilah yang dapat ilmu lebih bandingkan kampus jadi berperan aktiflah dalam organisasi maupun lembaga. Benahilah wadah ini dengan kebersamaan dan saling mendorong satu sama lain di rantauan, jika ada kegiatan apapun yang kalian laksanakan jangan pernah lupa menghubungi saya sebagai Team Perumus Wadah ini, Tandas Team Perumus.

Ada Pun Materi-Materi yang Kami Bawakan Saat Pengkaderan:
1. Pengenalan Wadah IMP UNHAS
2. Etika Berorganisasi
3. Kepemimpinan
4. Manajemen Waktu
5. Komunikasi
6. Sejarah Pergerakan Mahasiswa
7. Persidangan

            Materi-materi tersebut di berikan oleh para undangan seperti, Ketua PMKRI Cabang Makassar, Orang Tua wali asal Papua yang sedang tugas belajar di Makassar, serta Senioritas lainnya asal Papua maupun dari luar Papua yang menempuh pendidikan di kota Makassar.
Peserta Pengkaderan
Ada pun jumlah peserta yang di kaderkan pada Pengkaderan Ikatan Mahasiswa Papua Universitas Hasanuddin (IMP UNHAS) dan Universitas Negeri Makassar adalah  sebanyak 26 Mahasiswa Papua maupun Papua Barat yang masuk di kedua Universitas tersebut pada tahun ajaran 2015/2016.

Tujuan Pengkaderan
 Jika kita mencari bagaimana pengkaderan yang ideal bagi Anggota Baru, maka kita perlu melihat dari tujuan dan esensi dari pengkaderan itu sendiri. Mempererat kebersamaan mahasiswa Papua di rantauan. Kemudian, Adapun tujuan dan esensi pengkaderan secara umum adalah tempat terjadi perkenalan, membina mentalitas sebagai membuat mahasiswa baru lebih mengenal dengan keorganisasian, kampus serta pengenalan antara maba dan senior, membuat mahasiswa baru paham cara belajar yang baik lewat berorganisasi, bangku perkuliahan, dan membuat mahasiswa baru paham dengan kondisi  dalam wadah itu sendiri, kampus, serta lingkungannya. Jadi pengkaderan itu seharusnya lebih menitik beratkan pada bagaimana cara memperkenalkan keorganisasian kepada mahasiswa baru dengan cara yang mendidik tentunya bukan dengan cara yang tidak mendidik maupun memaksa.

 Dalam materi Sejarah Mahasiswa yang di berikan oleh Ketua Presidium PMKRI Cabang Makassar Saferianus Gapur,S.sos atau akrab disapa Nino, mengatakan. Pengkaderan yang ideal bagi mahasiswa baru harus sesuai dengan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu Penggajaran, Penelitian , dan Pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu pengkaderan seharusnya menggedepankan bagaimana membuat mahasiswa itu mendapatkan ilmu yang berguna bagi mereka kedepanya, tetapi tidak harus memaksakan kehendak atau menggurai seseorang apalagi membentak. Tandas Ketua Presidium PMKRI Cabang Makassar Saferianus Gapur, S.sos atau akrab disapa Nino.

 Lanjut Ketua Presidium PMKRI Cabang Makassar, Pengkaderan juga harus membuat mahasiswa baru itu sendiri mengetahui fungsi sebagai seorang mahasiswa dan fungsi sebagai ketua dan jajaran dalam berorganisasi. Karena sebagai mahasiswa bukan hanya mempunyai fungsi akademik tetapi juga banyak fungsi lain. Contohnya mahasiswa berfungsi sebagai agen of change (agen perubahan), social control (pengawal kebijakan pemerintah), moral force (teladan masyarakat). Tetapi semua itu harus di sampaikan dengan cara yang benar sehingga mahasiswa baru dapat mengetahui hakikat dan fungsinya sebagai mahasiswa. Sehingga setelah pengkaderan, mereka dapat mengamalkannya. Pungkas Ketua Presidium PMKRI Cabang Makassar.

 Jadi simpulkan bahwa, pengkaderan yang ideal itu harus sesuai dengan tujuan dan esensi dari pengkaderan itu sendiri, dan juga harus sesuai dengan tri darma perguruan tinggi. Dan yang terpenting pengkaderan harus memanusiakan mahasiswa baru bukan membuat sebuah robot mahasiswa yang selalu patuh pada seniornya. Dan untuk memanusiakan mahasiswa baru, harus di lakukan dengan cara yang manusiawi dan melalui proses pengalaman serta pengamalan yang mulia dan bertanggung jawab, bukan melalui sebuah program pengkaderan yang penuh penyiksaan, tekanan dan doktrin.

Proses Pengkaderan

 Secara keseluruhan, prosesi pengkaderan Ikatan Mahasiswa Papua Universitas Hasanuddin (IMP UNHAS) dan Universitas Negeri Makassar (UNM) berjalan dengan lancar walaupun ada riak-riak kecil yang terjadi dalam prosesi tersebut misalnya ada pembatasan waktu pengkaderan, ada pula model-model pola pengkaderan baru yang tidak disetujui beberapa anggota hingga adanya larangan senior mengkaderisasi mahasiswa barunya.

Apapun yang terjadi, harapannya semoga pengkaderan bisa menjadi momentum tersendiri bagi Maba untuk mengenal lebih dekat dengan situasi internal organisasi, kampus, maupun lingkungannya, menghargai seniornya dan tentunya berperan aktif dalam keorganisasian maupun perkuliahannya, sebagai salah satu bentuk pertanggungjawabannya kepada orang tua Bangsa dan Negara.

 Oleh karena itu, dengan adanya kader-kader baru Ikatan Mahasiswa Papua Universitas Hasanuddin (IMP UNHAS) dan UNM Makassar yang baru menyelesaikan proses pengkaderan ini, menjadi kokoh, dalam menjalankan wadah organisasi IMP Unhas dan UNM, agar berupaya untuk menciptakan manusia Papua yang benar trampil di dalam organisasi, kampus, lingkungan serta dalam wadah IMP sendiri. Maka diharapkan untuk menjaga kesatuan mahasiswa Papua di internal IMP Unhas dan UNM Makassar maupun seluruh mahasiswa Papua di kota studi Makassar.

**Penulis Adalah Mahasiswa Papua Unhas di Kota Study Makassar
“PAPUA ADALAH SATU DAN KITA” 

Rabu, 11 November 2015

SEBUAH CERITA TENTANG TANAH PAPUA


Isinga: Sebuah Novel yang Kisah Percintaan Sepasang Kekasih di Tanah Papua

Walaupun tertulis roman papua, tak seluruhnya bercerita tentang percintaan. Pendidikan, culture, sosial budaya, pengaruh dunia luar, posisi wanita, peran pemerintahan, brutalisme pemerintah saat itu, Posisi lelaki dalam masyarakat, alam papua,semua terangkum dengan apik dalam buku ini simple. 

Isinga mempunyai arti “Ibu”, tetapi cerita ini bukan tentang Ibu yang sesungguhnya, tetapi tentang Bumi Papua yang dianggap seperti seorang ibu, dimana seseorang dilahirkan, dibesarkan, dan mendapatkan semua pengalaman hidup. Dimana bumi Papua memenuhi semua kebutuhan masyarakatnya yang dibutuhkan, seperti kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.

Novel ini menceritakan kisah percintaan sepasang kekasih; Irewa dan Meage. Perjalanan hidup mereka yang jauh dari rencana indah mereka. Kegagalan untuk hidup bersama, dan kebesaran hati Irewa untuk menerima posisinya sebagaiyonime (alat perdamaian) untuk dua suku yang berperang agar tak lagi terjadi perang, membuat Meage memilih pergi dan tak kembali ke Aitubu. Irewa yang di posisikan sebagai seorang Yonime tak mampu melakukan apapun demi masyarakat sukunya, dan dengan berbesar hati menerima keputusan kedua Desa itu walaupun tanpa persetujuannya. Irewa sadar apa yang dia lakukan adalah demi perdamaian dua Desa tersebut. Perjuangan wanita papua dalam kehidupan mereka digambarkan dengan jelas dalam sosok Irewa. betapa hak-haknya hilang sebagai wanita bebas hanya demi kepentingan banyak orang.

Irewa yang akhirnya menerima pernikahan itu, menjadi seorang istri dari seorang laki laki yang bernama Malom yang pada awalnya di tolaknya ketika melamarnya dahulu. Cerita Isinga ini menceritakan bagaimana posisi seorang wanita Papua di tengah tengah masyarakat, dengan segala kewajiban dan haknya sebagai seorang istri. Wanita di Papua seperti seorang pembantu dan budak. Mereka harus melahirkan sebanyak mungkin anak, mengurus anak tanpa bantuan lelaki, memasak, membersihkan ternak babi, mencari betatas untuk mereka makan, menyelam mencari ikan, mencari kayu bakar, membelahnya, merawat sagu, membersihkan semak dan masih banyak hal lagi tanpa boleh mengeluh. What the Hell in Earth this place is!!!

Ada sebuah Tulisan yang membuat sisi feminis saya bergejolak, dan ini adalah posisi wanita sesungguhnya yang berada di Papua:

Perempuan yang baik itu mesti pendiam. Tidak pernah mengeluh. Tidak pernah protes. Tidak pernah membantah. Tidak pernah bersedih. Tidak pernah bicara kasar. Tidak pernah menyakiti hati orang lain. Tidak suka bertengkar. Tidak pernah marah. Tidak pernah mendendam. Tidak pernah punya perasaan dengki pada orang lain. Senang membantu orang lain. Tidak mengeluh kalau ada kesulitan. Tidak pernah bicara kasar. Bersuara lembut. Tidak pernah berkelahi. Tidak suka mencari masalah. Tidak senang menyalahkan orang lain. Tidak pernah menjengkelkan orang lain. Tidak pernah membicarakan orang lain. Tidak pelit. Tidak serakah. Tidak melakukan hal hal buruk, tidak terpuji. Sabar.

 Tabah. Hidup yang baik. Bekerjalah dengan giat. Memiliki pengetahuan. Bisa menunjukkan ketrampilan tangan kiri. Bisa menunjukkan ketrampilan tangan kanan. Selalu menyiapkan makanan untuk keluarga. Menghidangkan hasil kebun dengan setulus hati. Peremopuan harus bisa mengurus suami dengan baik. Mengurus keluarga dengan baik. Mampu bergaul ke semua orang dengan baik. Budi bahasa baik. Tutur kata manis. Perempuan harusselalu gembira seperti burung eke yang berwarna merah dan  burung holiang yang berwarna hijau. 

Tulisan di atas adalah nyanyian nasehat untuk wanita suku Hobone. Betapa mereka dituntut sedemikian tingginya untuk menjadi perempuan yang sempurna di Hobone. I am sure I will not be a good woman in Hobone if the criteria are like above. Lalu apa peran laki laki disana??? apakah hanya berperan memberikan spermanya untuk menjadikan nya anak, kemudian begitu saja melepas kewajibannya untuk mendukung istri??? Pertanyaan itu membuat saya cukup mengelus dada, dan bersyukur sebenarnya. Bahwa saya masih diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan, merasakan kesetaraan laki laki dan wanita, dimana saya berhak menuntut laki laki untuk juga bekerja, bukan dengan alasan melepaskan kemandirian lalu bersandar sepenuhnya terhadap sang wanita. 

I will not be able to stand for a man like that!

Kehidupan suku Hobone, Aitubu, keadaan primitive masyarakat disana, tergambarkan dengan gamblang. Betapa upacara upcara, kegiatan adat, perilaku mereka dalam berperang, kebengisan tentara ketika melakukan pembantaian terceritakan dengan detail seperti kita terseret melihat dengan mata kita sendiri, terkadang membuat bergidik. Bagaimana pemerintahan kala itu sangat otoriter, dan kejam terhadap suku suku pedalaman, hingga tega membantai suku yang tak mengikuti perintah. What the hell in Earth at that time!! Bukan memberikan pengayoman, tapi lebih memberikan teror yang menakutkan. Ketakutan terhadap gerakan memerdekakan daerahnya membuat pemerintah berlaku keras terhadap mereka. Alih alih berdiskusi tentang baik buruk, pemerintah lebih memilih bertindak diktator. 

Megae yang akhirnya ditinggal menikah oleh Irewa, melanjutkan hidupnya jauh meninggalkan sukunya, dan menetap di suku yang lain. Megae adala seorang pemuda suku Aitubu yang mendapatkan pendidikan dasar dalam sekola setahun yang didirikan oleh seorang Dokter di suku pedalaman tersebut. Pengetahuan dasar tentang kedokteran menjadikannya dipercaya oleh masyarakat lain. 

Ketelitian penceritaan alam papua begitu menggoda, sehingga membawa kita seperti memasuki hutan hutan papua, merasakan beratnya hidup di antara keterbatasan fasilitas, tekanan pemerintah, ketakutan peperanga, tapi juga membuat kita merasa betapa sederhanya hidup disana, betapa kecilnya manusia ditengah kehidupan hutan. 

Keadaan masyarakat papua pada saat itu yang sangat primitif membuat mereka tidak mengenal apa itu pendidikan. Pendidikan dalam sekolah setahun yang Irewa dan Meage rasakan membuat mereka lebih bijak dalam melihat kehidupan, mengambil keputusan, dan berpikir jauh ke depan. 

Pengaruh dunia luar yang datang digambarkan dengan simple, dengan sederhana, bagaimana pengaruh itu membuat perubahan yang cukup signifikan dalam tata cara bermasyarakat mereka, bagaimana membuat mereka berubah cara pandang dalam hidup. 

Novel ini Indah. Membawa kita melihat dunia lain selain dunia fancy yang kita nikmati saat ini. **Papuamahasiswa

 

Sabtu, 31 Oktober 2015

MESKIPUN CRACKDOWN MILITER DI PAPUA PELANGGARAN & LAIN HAK, OBAMA HOST PRESIDEN INDONESIA DI DC

MESKIPUN CRACKDOWN MILITER DI PAPUA PELANGGARAN & LAIN HAK, OBAMA HOST PRESIDEN INDONESIA DI DC


Pada hari Senin, Presiden Obama bertemu Presiden baru Indonesia, Joko Widodo, di Gedung Putih untuk membahas perubahan iklim, perdagangan dan memperkuat hubungan AS-Indonesia. Presiden Obama digambarkan Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia, tetapi kelompok hak asasi manusia melukis cerita yang berbeda, mengutip represi sedang berlangsung militer di Papua Barat serta undang-undang yang diskriminatif membatasi hak-hak minoritas agama dan perempuan. Indonesia juga telah dikritik karena berusaha untuk membungkam diskusi apapun tentang peringatan 50 tahun 1965 genosida Indonesia yang menyebabkan lebih dari 1 juta orang tewas. Kami berbicara dengan John Sifton dari Human Rights Watch dan jurnalis Allan Nairn, yang meliput Indonesia selama beberapa dekade.
TRANSKRIP
Ini adalah transkrip terburu-buru. Copy mungkin tidak dalam bentuk akhirnya.
AMY GOODMAN: Kita mulai acara hari ini melihat Indonesia, negara terbesar keempat di dunia. Pada hari Senin, Presiden Obama bertemu di Gedung Putih dengan Presiden Indonesia yang baru, Joko Widodo, yang juga dikenal sebagai Jokowi, untuk membahas perubahan iklim, perdagangan dan memperkuat hubungan AS-Indonesia.

PRESIDEN BARACK OBAMA: Kerjasama kami sangat banyak kepentingan Amerika Serikat, mengingat penduduk Indonesia yang besar, kepemimpinannya di kawasan itu, tradisi demokratis, fakta bahwa itu adalah sebuah negara Muslim besar dengan tradisi toleransi dan moderasi, dan perannya dalam perdagangan dan perdagangan dan pembangunan ekonomi.

AMY GOODMAN: Dalam kunjungannya ke Gedung Putih, Presiden Jokowi Indonesia mengumumkan Indonesia berniat untuk bergabung dengan TPP, kesepakatan perdagangan Trans-Pacific Partnership Amerika Serikat telah ditempa dengan 11 negara lainnya.

PRESIDEN JOKO WIDODO: [diterjemahkan] Indonesia adalah ekonomi terbuka. Dan dengan penduduk 250 juta, kita adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Dan Indonesia bermaksud untuk bergabung dengan TPP.

AMY GOODMAN: Presiden Indonesia Jokowi berencana untuk kepala sebelah pantai barat tetapi telah memutuskan untuk memotong perjalanan ke AS singkat karena amukan api yang mengakibatkan kabut dan asap beracun meliputi banyak Indonesia, serta bagian dari Malaysia dan Singapura- banyak dari kebakaran secara ilegal ditetapkan dalam rangka untuk membersihkan lahan untuk perkebunan kelapa sawit dan kertas. Kebakaran telah digambarkan sebagai salah satu kejahatan lingkungan terbesar abad ke-21. Menurut Institut Sumber Daya Dunia, sejak September kebakaran telah dihasilkan emisi karbon lebih dari seluruh ekonomi AS.

Sementara itu, catatan hak asasi manusia di Indonesia juga datang di bawah kritik. Pada hari Senin, Presiden Obama digambarkan Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia, tetapi kelompok hak asasi manusia melukis cerita yang berbeda, mengutip represi sedang berlangsung militer di Papua Barat serta undang-undang yang diskriminatif membatasi hak-hak minoritas agama dan perempuan. Indonesia juga telah dikritik karena berusaha untuk membungkam diskusi apapun tentang peringatan 50 tahun 1965 genosida Indonesia yang menyebabkan lebih dari satu juta orang tewas. Pekan lalu, festival penulis terbesar di Indonesia, Ubud Writers & Readers Festival, terpaksa membatalkan serangkaian acara terkait dengan ulang tahun pembantaian, termasuk pemutaran Joshua Oppenheimer dokumenter, Senyap.

Untuk berbicara tentang Indonesia, kita bergabung dengan dua tamu. Di Washington, John Sifton adalah dengan kami, direktur advokasi Asia dari Human Rights Watch. Buku barunya berjudul Kekerasan All Around. Allan Nairn juga dengan kami, wartawan dan aktivis yang telah melaporkan Indonesia selama beberapa dekade. Dia bergabung dengan kami dari Guatemala City.

Kami menyambut Anda berdua untuk Demokrasi Sekarang! John Sifton, dalam pertemuan ini bahwa Jokowi adalah memiliki, presiden Indonesia adalah memiliki, dengan Presiden Obama, dapat Anda berbicara tentang masalah Anda merasa Presiden Obama perlu menaikkan dengan Presiden Indonesia?

JOHN Sifton: Nah, sudah terlambat sekarang, dan Presiden Obama sudah menggunakan istilah klise Indonesia sebagai negara demokrasi Muslim yang toleran. Kami berharap dia akan berbicara tentang bagaimana Indonesia akan tersesat. Ini kehilangan beberapa kualitas dan prinsip-prinsip toleran nya, dan mulai memberikan terlalu banyak kekuasaan kepada kelompok-kelompok ekstremis Sunni, yang ingin dasarnya membuat Indonesia tempat yang ramah untuk Syiah, Kristen, untuk Baha'i, untuk sekularis dan wanita.

AMY GOODMAN: Anda berkonsultasi dengan Departemen Luar Negeri, benar, pada kunjungan ini? Apa yang Anda memberitahu mereka?

JOHN Sifton: Tentu saja. Setiap kali ada kunjungan dunia, Anda tahu, kami berbicara dengan Departemen Luar Negeri dan Gedung Putih. Dan dalam hal ini, kita mengatakan, "Silakan menghindari klise ini." Sayangnya, Presiden Obama tidak. Tapi dia mengangkat isu-isu hak asasi manusia di balik layar dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Jokowi? Saya ingin berharap begitu. Dia telah menyatakan minatnya dalam masalah Papua di timur, situasi yang sangat bermasalah di timur yang telah berlangsung bertahun-tahun. Di masa lalu dia mengangkat masalah itu, dan saya akan berharap dia akan melakukannya lagi.

Tapi benar-benar, ancaman lebih eksistensial ke Indonesia sekarang adalah intoleransi agama ini berkembang ke arah Sunni-maksudku, maaf, menuju Syiah, terhadap orang Kristen, terhadap orang lain yang tidak ekstremis Sunni. Ini tidak benar-benar, Anda tahu, bagian dari masyarakat Indonesia, tetapi ada kelompok pinggiran yang mendorong agenda ini dan telah dilaksanakan veto Heckler itu.

Masalah terburuk, meskipun, adalah pembatasan baru berat yang ditempatkan pada perempuan di tingkat lokal, semua jenis hukum sedikit membatasi gerakan mereka di malam hari, pastikan mereka harus memakai jilbab, memakai rok panjang tertentu, melarang mereka dari mengendarai sepeda motor, atau, lebih tepatnya, mengangkangi sepeda motor-mereka bisa duduk ke samping, tapi tidak ke depan. Undang-undang sedikit memiliki dampak kumulatif yang sangat menghina dan diskriminatif terhadap perempuan dan anak perempuan.

AMY GOODMAN: Allan Nairn, dapat Anda berbicara tentang pentingnya kunjungan Presiden Widodo ke Amerika Serikat? John Sifton hanya disebutkan Papua Barat. Dan jika Anda dapat menempatkannya, terutama untuk pemirsa dan pendengar di Amerika Serikat yang mungkin tahu sedikit tentang kepulauan Indonesia?

Allan Nairn: Papua Barat adalah di ujung timur Nusantara, dan itu secara hukum, di mata PBB, dianggap sebagai bagian dari Indonesia. Namun pemerintah-tentara Indonesia, polisi, intelijen-memperlakukannya seolah-olah itu sebuah negeri asing yang diduduki. Mereka menembak demonstran. Mereka menangkap siapa saja yang berbicara untuk kemerdekaan atau melawan tentara, yang menimbulkan bendera Papua. Beberapa tahun yang lalu, saya merilis serangkaian dokumen internal dari Kopassus, pasukan khusus AS terlatih, yang menunjukkan bahwa mereka memiliki jaringan besar informan intelijen, mencontoh yang yang menggunakan Israel di Tepi Barat, dan ada teror yang sedang berlangsung ini di Papua.

Presiden Jokowi telah mengindikasikan bahwa ia ingin menarik kembali banyak tentara dan polisi dan intel penindasan di Papua, namun pasukan keamanan telah menolak mereka-menolak dia, dan dia belum cukup berani untuk menolak mereka. Obama bisa, dengan satu kata, memfasilitasi penarikan dari represi dari Papua dengan mengatakan bahwa AS akan memotong semua bantuan militer kecuali jika mereka menghentikan teror di Papua. Dengan melakukan itu, ia bisa memperkuat tangan Jokowi dan lain-lain dalam pemerintahan, karena pemerintah dibagi pada ini, yang ingin mengendalikan tentara dan polisi. Namun ternyata, Obama tidak melakukan hal itu.

AS selalu mempertahankan saluran terpisah untuk tentara, dari hari-hari kediktatoran Suharto, dan bahkan sebelum, ketika AS berusaha menggulingkan presiden pendiri, Sukarno. Dan yang memperkuat tangan tentara-dan CIA bekerja dengan polisi-melawan presiden sipil terpilih seperti Jokowi. Yang sebelumnya terjadi dengan Gus Dur, yang adalah seorang ulama Muslim, seorang presiden reformis, yang dirusak dan, pada dasarnya, digulingkan oleh tentara. Dan salah satu sumber utama kekuasaan militer adalah fakta bahwa mereka memiliki saluran yang terpisah mereka untuk Washington. Bahkan, sebagai Jokowi bertemu dengan Obama, Ash Carter, sekretaris pertahanan, adalah menyambut Jenderal Ryamizard, menteri pertahanan dari Indonesia, yang merupakan ideolog utama dalam mendukung membunuh warga sipil. Ia mengatakan, sebelumnya, bahwa siapa pun yang tidak suka tentara merupakan target yang sah untuk membunuh. Bereaksi terhadap pembantaian warga sipil, anak-anak, di Aceh beberapa tahun lalu, ia bercanda tentang hal itu dan berkata, "Yah, anak-anak bisa berbahaya juga."

Dalam hal intoleransi agama, memang ada kecenderungan intoleransi agama di Indonesia, seperti yang ada di Eropa dan Amerika Serikat pada saat ini sejak serangan 9/11, dan kemudian invasi AS ke Afghanistan dan Irak telah diatur dalam spiral serangkaian acara. Dan pendukung utama, utama di luar pendukung, intoleransi agama ini di Indonesia adalah Arab Saudi. Mereka pergi ke masjid lokal, menyebar di seluruh banyak uang, mendorong ideologi toleran ini. Dan juga, saya sudah melihat, hanya berbicara dengan orang selama beberapa tahun terakhir, bahwa salah satu hal utama yang memberikan kredibilitas untuk banyak ini ekstremis Arab yang didanai yang pergi sekitar mendesak orang untuk meninggalkan tradisi Indonesia toleransi adalah ketika mereka melihat di berita berita tentang serangan pesawat tanpa awak Obama terhadap berbagai negara Muslim dan hal-hal seperti invasi Israel di Gaza. Jika Jokowi telah berdiri dan berkata pribadi dan publik untuk Obama, "AS harus menghentikan ini, AS harus berhenti mempersenjatai Israel," yang akan konsisten dengan banyak retorika pro-Palestina, retorika yang munafik, salah satu yang melihat dari politisi dalam Indonesia. Dan itu juga akan memiliki dampak yang nyata, karena AS selalu suka mengklaim bahwa negara-negara Muslim moderat yang dengan Washington. Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia. Biasanya, ketika AS mengatakan "negara-negara Muslim moderat," mereka berarti kediktatoran radikal seperti Arab Saudi. Indonesia tidak seperti itu, meskipun. Indonesia adalah kuasi-demokrasi seperti Amerika Serikat, dan jika Jokowi telah berbicara dengan cara itu, akan memiliki dampak besar.

Juga, ada masalah besar lainnya di atas meja antara Jokowi dan Obama, Indonesia dan AS Salah satunya adalah Freeport-McMoRan, perusahaan tambang besar, sebagian besar didasarkan di Papua Barat, yang ekstrak jumlah besar emas dan tembaga. Mereka membayar suap kepada tentara dan pejabat Indonesia untuk dapat melakukan itu. Mereka merusak sungai. Banyak sungai ada berubah warna pernah terlihat di alam. Mereka memotong pegunungan. Dan penduduk lokal Papua sekitar tambang sering hidup dengan kelaparan dan kekurangan air bersih. Freeport kontrak untuk pembaruan. Ada pertempuran besar terjadi di dalam pemerintah Indonesia, apakah itu akan diperpanjang atau apakah Indonesia akan mengambil alih tambang itu sendiri, karena memiliki kemampuan teknis untuk melakukan. Namun AS dan Obama telah mendorong Indonesia untuk, ya, memperpanjang kontrak ini. AS selama bertahun-tahun mendukung penindasan di Papua sebagian besar karena dari Freeport. Pemimpin sebelumnya Freeport, Jim Bob Moffett, digunakan untuk menjadi mitra golf diktator, Soeharto. Catatan akuntansi bocor akan menunjukkan bahwa Freeport membayar suap besar untuk Kopassus untuk menekan penduduk setempat. Tahun lalu, saya mewawancarai mantan pejabat senior Indonesia yang mengatakan kepada saya bahwa ia telah menerima dua cek pribadi dari Freeport senilai ratusan ribu dolar AS sebagai suap, meskipun ia mengatakan kepada saya dia tidak tunai cek. Ini adalah pelanggaran hukum Indonesia lokal dan juga AS Foreign Corrupt Practices Act, namun baik pemerintah Indonesia atau US berani bergerak melawan Freeport untuk mencoba menghentikan jenis korupsi. Tapi kontrak ini adalah di atas meja, dan Indonesia bisa mengubah hal-hal secara drastis dengan tidak memperbaharui itu, tapi Obama dan AS memutar lengan mereka untuk terus memberika

Senin, 26 Oktober 2015

479 AKTIVIS DITANGKAP, 30 APRIL – 01 JUNI 2015 AKSI DEMO DAMAI MENDUKUNG ULMWP MEMBAWAH WEST PAPUA KE MSG

Laporan Resmi Knpb Pusat Tentang Penagkapan Aktivis Knpb Di Papua Sejak 30 April - 01 Juni 2015
479 Aktivis KNPB dan simpatisan dan juga mahasiswa serta rakyat Papua sejak 30 april sampai dengan 1 juni 2015 di Papua. Pengakapan 479 aktivis ini terjadi dalam aksi demo damai KNPB di seluruh tanah Papua untuk mendukung ULMWP. Sekaligus kampanye West Papua menuju MSG.

Penagkapan 30 April -01 Mei 2015

6. Manokwari 30 april2015 = 12 orang
7. Manokwari 01 Mei 2015 = 205 orang
8. Merauke 1 mei 2015, = 15 orang
9. Jayapura 1 MEI 2015 = 30 orang
10. Kaimana 1 Mei 2015 = 2 orang

Jumlah = 264

Penagkapan 20-21 Mei 2015

7. Manokwari 20 Mei 2015 = 75 orang
8. Biak 20 Mei 2015 = 3 orang
9. Biak 21 mei 2015 = 17 orang
10. Sentani 20 2015 = 6 orang
11. Sentani 21 Mei 2015 = 27 orang
12. Manado = 1 orang

Jumlah = 129 orang

PENAGKAPAN 28 MEI 2015

9. JAYAPURA 28 mei 2015 = 52 ORANG
10. NABIRE 28 mei 2015 = 6 ORANG
11. WAMENA = 25 ORANG
12. YAHUKIMO = 2 ORANG

Jumlah 85 ORANG

Penagkapan 1 juni 2015 = 1 Orang
Yang Ditetapkan Jadi Tersangka 7 Orang

1. DI MANOKWARI 4 ORANG
2. DI BIAK 3 ORANG

Demikian Laporan singkat ini kamu buat dengan penuh tanggung jawab atas perhatian dan kerja sama yang baik tak lupa kami haturkan berlimpa terima kasih

Port Numbay 3 Jni 2015

Penagung Jawab

Badan pengurus KNPB Pusat KOMITE NASIONAL PAPUA BARAT (BPP-KNPB)

ONES SUHUNIAP
Sekertaris Umum

Minggu, 25 Oktober 2015

PENOLAKAN PEMEKARAN KABUPATEN MAPIA RAYA TERUS MEMALANG

PEMEKARAN DAERAH OTONOMI BARU (DOB) MAPIA RAYA HANYA MENGUNDANG MALAPETAKA (Misfortune) BAGI MASYARAKA-FORUMSOLIDARITASMAHASISWAPAPUA

Salah Satu Aktivis Tim Penolakan Daerah Otonomi Baru (DOB) Mapia Raya Yulianus Pugiye, Mengatakan dengan rentang mengatakan, Pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB) Mapia Raya yang sedang berjuang oleh sekelompok Pejabat Birokrasi itu hanya mengundang “Malapetaka (Misfortune).

Bagi masyarakat kecil di totaa Mapia”. Timika, 24/10/2015; Saat ini Bapak Willem Kegiye dan Kawan-kawannya pasti berjuang keras dengan harapan besar untuk merebut jabatan dalam pemerintahan Kabupaten Mapia Raya bahkan sudah buat struktur pemerintahan dan versi yang sedang kalian berjuang. 

Dalam benak pikiran Bapak Willem Kegiye dan Kawan-kawannya pasti sangat benci terhadap kami yang sedang dan akan menolak Pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB) Mapia Raya, karena Bapak Willem Kegiye dan Kawan-kawannya merasa menghalangi usaha keras kalian yang berjalan sampai saat ini.

Kami memahami usaha, bahwa tujuan Bapak Wilem Kegiye dan Kawan-kawannya seperti yang saya kemukakan diatas. Lanjut Yulianus Pugiye, Namun Willem Kegiye dan Kawan-kawannya harus buka mata lebar-lebar dan melihat, apa yang sedang alami oleh warga Mapia saat ini, kami sudah dan sedang terancam dengan manifesto politik NKRI tetapi kalian tidak menyadarinya. 

Saya Yulianus Pugiye, sebagai Putera Daerah Tota Mapia sangat paham juga bahwa Bapak Willem Kegiye dan Kawan-kawannya sedang melancarkan berbagai cara yang baru untuk membunuh kami warga Tota Mapia seutuhnya. Kami sudah alami seribu satu macam cara sadis oleh Pemerintah Indonesia melalui berbagai cara:

1. Ketidakadilan
2. Korupsi Kolusi dan Nopotisme (KKN)
3. Pembunuhan brutal
4. Penganiayaan
5. Perampasan Hak Orang Lain

Semua ini kami sudah alami, tapi Bapak Willem Kegiye dan Kawan-kawannya yang selalu dan sedang berusaha serta membuat jalan lebar-lebar untuk menambah dan mendatangkan semua bentuk kekerasan dan malah petaka yang saya kemukakan diatas ini. Lanjut Pugiye, Sayapun ikut mendukung atas keputusan yang dikeluarkan oleh Gubernur Papua, Lukas Enembe, mengungkapkan bahwa pemekaran yang dilakukan di Papua tidak sesuai prosedur yang ada. 

Dengan melihat hal-hal tersebut, Enembe pun dengan tegas mengatakan pemekaran tidak boleh ada lagi di Papua. Keinginannya untuk menjadi Warga Negara Australia “WNA” Jika Pemerintah Pusat meloloskan permohonan pemekaran sejumlah Daerah Otonom Baru “ DOB” di Provinsi Papua. Hal itu diungkapkan Gubernur Papua, ketika melakukan pertemuan terbatas dengan para Bupati/Walikota Provinsi Papua, yang berlangsung di kota Jayapura Hotel Aston, 15/04/15. Jika terjadi banyak pemekaran di Provinsi Papua, maka saya memutuskan lebih baik menjadi warga negara Australia, karena saya tidak ingin melihat persoalan dan dampak yang terjadi dari pemekaran. 

Saya tidak mau dengar dan ikuti perkembangan BURUK yang di lakukan oleh TNI/POLRI Indonesia di Tanah Papua terhadap Rakyat kecil. Lebih baik saya pindah warga Negara Australia,” pungkasnya Bapak Gubernur Papua. Gubernur Papua terlihat cukup prihatin dengan banyaknya usulan pemekaran Daerah Otonom Baru (DOB) yang diperjuangkan oleh orang-orang Papua dari sejumlah daerah di Papua, bahkan dirinya tidak habis pikir, sampai daerah yang sudah tidak layak dimekarkan, masih saja diperjuangkan oleh penjabat daerah alias birokrasi Daerah tersebut untuk tetap dimekarkan. 

Menurut Gubernur, jika melihat kondisi rakyat Papua saat ini, usulan pemekaran Daerah Otonom Baru (DOB) di Papua akan mengancam eksistensi orang asli papua di atas tanahnya sendiri. “Menurut saya pemekaran itu sama dengan kematian dan Penindasan rakyat sehingga Bapak-Bapak Bupati bias terjemahkan sendiri bahasa saya ini,” ungkap Gubernur Papua, Lukas Enembe, S.IP. Ketua Tim Penolakan Pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB) Mapia Raya Mudestus Musa Boma juga mengatakan bahwa dalam Pemekaran Mapia Raya tersebut akan mengundang berbagai macam ‘Malapetaka’ (Misfortune di daerah pemekaran tersebut, entah itu terkait HAM di daerah Tota Mapia, seperti yang baru-baru ini terjadi penembakan di Meuwodide Paniai, Senin (08/12/14) lalu yang sampai pada saat ini belum ada proses penyelesian yang jelas, Tandasnya Boma. 

Lanjut Boma, Berdasarkan latar belakang dan masalah tersebut diatas, sayapun dengan tegas menyikapi pemekaran DOB Mapia Raya yang tertuang dalam 3 poin dibawaH ini:

1. Mengapa Bupati Dogiyai, Drs. Thomas Tigi bisa membentuk Tim Pemekaran Kabupaten Mapia   
    Raya tanpa mengindahkan instruksi Gubernur Papua, Lukas Enembe? 
2. UUD No.129 Tahun 2011 Bab III Pasal 3 tidak menjamin agar pemekaran DOB Mapia Raya 
    yang dibuat oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab itu. 
3. Pemekaran bukan solusi untuk merubah nasip segalanya, tetapi pemekaran merusak 
    Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM). 

Kami sebagai Putera Daerah Mapia sangat sadar atas semua kekerasan tersebut. Sehingga kami juga akan berjuang untuk "Menolak Pemekaran Kabupaten Mapia Raya" mengikuti sesuai irama perjuangan Bapak Willem Kegiye dan kawan-kawannya. Bila kalian keras dan sadis, kamipun akan keras tapi tidak sadis, Pintanya Boma;  Kami siap bertarung untuk menolak. Karena musuh sejati bukan dari jauh, tapi tumbuh subur dalam keluarga kita sendiri, Pungkasnya Pugiye. Penulis Adalah Yulianus Pugiye Aktivis Tim Penolakan DOB Mapia Raya di Wilaya Timika Papua. 

 
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com