Selasa, 28 Juli 2015

Indonesia Lirik Sebelah Mata Terhadap Orang Papua



Nilai nyawa manusia papua dijadikan sebagai harga material yang bisa dijual-belikan dengan harga yang ditentukan berdasarkan negosiasi.  Sejak Papua intergerasi di indonesia, sampai pada hari ini nyawa manusia papua tidak pernah menghitungkan satupun baik yang ditempak maupun pembunuhan dengan berbagai cara. Itu artinya pandangan indonesia terhadap orang papua adalah barang bukan manusia, padahal dalam agama mengatakan sesungguhnya manusia tidak ada batas harganya dan yang menentukan hidup-mati hanyalah Tuhan yang mengaturnya.

Sekian banyak nyawa manusia papua yang tidak pernah dipersoalkan dimuka hukum dan publik diperlakukan sebagai prikemanusiaan seperti manusia lain di dunia ini secara tuntas. Indonesia pandang serius apabilah kekayaan alam orang Papua dan masalah palestina, setiap presiden bergobar-gobar membelah bangsa lain dengan berbagai alasan baik agama, ekonomi, politik ideoloogi dan kepentingan lain. Sebenarnya adalah indonesia berusaha mencari- cari muka di dunia internasional, supaya diklaim sebagai negara agamis, sosialis dan solidaritas pada hal indonesia dipenuhi dengan hal-hal yang mengandung unsur tidak prikemanusian.

debat kanditad kepemimpin Ir.Joko Widodo-Yusuf Kallah dalam pertarungan gagasan Jokowi mengatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa sebab itu, Falestina harus merdeka secara berdaulat melalui pendekatan prikemanusiaan baik melalui usaha solidaritas maupun diplomasi lain. Sementara perjuangan orang papua yang berujung secara dramatis dengan pembunuhan, perampasan, penganiayaan dan pemerkosaan tidak pernah melihat dan mendengar dan mengucapkan satu kata sekalipun. Kalau begitu ada satu pertanyaan yang muncul yaitu Falestina manusia dan Papua bukan manusia?

Manusia siapaun wajib hukumnya menghargai dan menghormati derajat manusia sebagai makluk ciptaan-Nya dan dipertanggung jawabkan. Namun indonesia rupannya belum membersikan tahi ayam yang masih melengget pada kakinya dan so’-so’ alim terhadap negara lain dan mengaku dirinya sebagai negara pluralisme akan agama, bahasa, suku, kebudayaan dan adat-isti adat. Bahkan anenya lagi adalah lembaga agamis yang ikut terlibat dalam berbuatan kriminal dan membelah kepentingan diri atas nama agama. Agama bukan sebuah alat yang melangkaikan kekuasaan atapun kepentingan lain, melainkan tempat mendamaikan moralitas yang dipenuhi dengan ajaran-ajaran keselamatan dan kebaikan baik diakhirat maupun sekarang.

Tindakan seperti ini, jarang sekali menemukan hanya indonesialah yang mampu menaklukan kelebihan Tuhan dan manusia di dunia ini. Saya bisa menyimpulkan bahwa tanggung jawab diakhirat sangat besar bagi mereka yang melenyapkan manusia secara semena-mena dan mengejar material dan biarkan nyawa manusia dipertanggung jawabkan. Contoh konkrit yang terhot di indonesia adalah pasca terjadinya kebakaran mazjid di Karubaga Kabupaten Tolikara. Petinggi besar negara indonesia langsung turun di tempat kejadian perkara (TKP) dan menyoroti berbagai macam cara untuk menindas orang papua itu sendiri. Kemudian tidak ada seorang petinggi negarapun mempersoalkan nyawa yang ditempak mati dalam insiden tersebut dan tindakan keamanan guna menciptakan suasana yang kondusif secara patenpun tidak ada. Tetapi bagaiaman mempojokan pemerintah daerah papua maupun pihak Gereja supaya turunkan derajat eksistensi orang papua dengan alasan pelanggaran unsur agama.

Kemudian mengedepankan pembangunan material yang telah menghanguskan bagaimana dengan nasib kelurga baca Endi Wanimbo yang dibunuh oleh Polisi secara semena-mena?  Bukan hanya korban, calon generasi bangsa papua, tetapi sekian banyak manusia papua yang  dibunuh secara nyatapun tidak pernah dipertanggung jawabkan secara hukum indonesia, malahan hukum tumbul keatas dan tajam kebawah artinya diperlakukan hukum makar atau liar untuk kaum tertintas dua kali libat dari hukum nasional. Tindakan kriminal orang indonesia terhadap bangsa papua adalah sebagai bentuk mencintai harta kekayaan alam papua dibanding manusia papua.

Beberapa media yang meliput dalam insiden tersebut juga, terlalu berlebihan dalam menyampaikan informasi dan tidak pernah ada media yang menyinggung tentang atas meninggalnya boca tersebut, justru mengejar harta dan biarkan begitu saja nayawa manusia.  Setelah publik menilai atas insiden tersebut banyak orang yang membangkit amarah sehingga tindakan kriminal terhadap warga papua diseluruh indonesia semakin meningkat dan menjatuhi pembunuhan dimana-mana. Bukankah manusia tidak sama harganya dengan harta yang ada di dunia ini? Pemimpin negeri ini sungguh melupakan ajaran yang benar dan melakukan hal duniawi yang dikuasai oleh hawa nafsu dan keinginan dagingnya.

Pada hal insiden ini, merupakan sebuah modus yang didesain secara terstruktur, terencana dan masif untuk meredam isu perjuangan papua yang kini semakin terang di permukaan dunia internasional menujuh zona papua yang damai secara berdaulat hak atas tanah yaitu bumi cenderawasih. Bukan murnih insiden tersebut, ada oknum dibalik layar masalah yaitu polisi, sehingga sangat sulit untuk mengakui pelaku sampai-sampai pada hari ini belum ada titik terang. Andaikan bukan polisi sangat cepat menemukan pelaku, kerja yang tidak nyata ini, merupakan sengaja bersandiwara atas penderitaan pengorbanan masyarakat pribumi

Melaui artikel ini, saya berkesimpulan bahwa manusia indonesia mencederai nilai agama yaitu manusia papua murah harganya dan mahal harganya untuk material. Kemudian saya juga ingin mengingkatkan kepada ritmen gerakan barisan kiri agar kiranya tidak terporvokkasi dengan permainan intelektual indonesia. Karena insiden ini, merupakan upaya meredam atau mengagalkan perjuangan kemerdekaan bangsa papua yang kini semakin dekat menujuh revolusi secara total melalui refrendum untuk menata diri sebagai manusia yang memiliki integritas akan haknya. (Viktor M)

Minggu, 19 Juli 2015

KASUSUS TOLIKARA TERMASUK PELANGGARAN HAM

Tindakan oknum polisi berbagai cara mencari konflik di seluruh wilayah papua. Hal ini merupakan mengundang reaksi publik untuk daerah papua selalu di stigmakan zona konflik. Namun pada kenyataanya semua persoalan yang terjadi adalah ula dari keamanan negara dan ketahanan negara yaitu Polisi dan TNI yang khususnya bertugas di wilayah papua. Ketika kita telusuri kasus yang terjadi di Tolikara, maka polres setempat tidak diindahkan surat pemberitahuan yang diberitahukan sebelum mengadakan kegiatan seminar dari pemuda Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) oleh DPRD dua minggu sebelumnya.

Akar persoalannya adalah bukan siapa-siapa tetapi dari polisi, yang kemudian pandangan publik seolah-olah menyudutkan pemimpin gereja bahkan orang papua diklaim sebagai tidak memiliki unsur toleransi umat beragama di indonesia. Kemudian polisi bersandiwara terhadap kenyataan yang terjadi bukan hanya kasus Tolikara tetapi kasus lain. Tindakan keamanan di papua semakin hari semakin mencederai hukum yang tugasnya adalah mengamankan masalah bukan membuat masalah dan pengecut.

Tindakan seperti ini, sungguh resahkan masyarakat papua pada umumnya, karena semua berbuatannya, yang menjadi korban adalah warga sipil sehingga rakyat papua tidak mengakui polisi/TNI selain Pdt. Karena pada dasarnya semua masalah yang di hadapi oleh rakyat papua, semua aktornya adalah Polisi/TNI yang note benenya adalah penegak hukum alias (keamanan dan ketahanan) negara yang penembahkan terhadap warga secara semena-mena. Bukankah senjata adalah alat negara? Berbuatan sebagian polisi/TNI senjata dijadikan sebagai alat penanggap atau pemangsa nyawa manusia papua.

Kasus di Tolikara, polisi diiamkan setelah menerima surat izin atau pemberitahuan yang diterbitkan oleh DPRD dan pemerintah daerah Kabupaten Tolikara dalam rangkah seminar dan KKR bertaraf Nasional/Internasional yang dilakukan oleh Pemuda GIDI tersebut. Kemudian setelah konflik terjadi bereaksi lalu polisi turun dan melakukan penembakan secara liar sehinnga belasan pemuda dan masyarakat terkena peluru senjata berakibat tindakan polisi. Berbuatan aknum polisi diduga desain secara struktur, masif dan terencana sehingga konfliknya mempojokan gereja dan mematikan nyawa yang tidak berdosa

Akibat tindakan polisi tersebut, 1 anak berusia 15 tahun bernama Endi Wanimbo meninggal dalam insiden dan yang lainnya sementara keadaan dalam perawatan baik RSUD di wamena maupun di Jayapura. Gereja, mazjid atau tempat ibadah bukanlah tempat dimana dijadikan untuk objek suatu masalah atau konflik, melainkan tempat untuk beribadah yaitu mengajarkan hal-hal yang menyangkut dengan kepercayaan yang di dipercayainya. Indonesia merupakan negara yang flural akan agama, yang mana dalam pelaksanaanya wajib saling menghormati anta kepercayaan yang satu dengan yang lainnya sehingga semboyan bhineka tunggal ika selalu ada dalam kehidupan rakyat indoensia.

Apapun bentuk kegiatan keagamaan, saling menghormati dilakukan secara administrasi organisasi agama guna mencega dari tindakan yang menodai hubungan Tuhan dengan para umatnya. Hal ini merupakan upaya neteralisasi hubungan sosial menujuh keharmonisan agama sehingga eksisitensi agama selalu berada dalam kodiror hukum yang berlaku secara nasional. Pemimpin TNI/POLRI, tokoh Agma, tokoh masyarakat bahkah pemerintah harus menyikapi dengan baik khususnya diwilayah papua.

Kemudian diluar papua, jangan pernah bergobar-gobar mengejar informasi yang cenderung pada mengandung unsur negatif, karena insiden ini bukan masalah murni, melainkan ada kambing hitam dibalik masalah. Salah satunya adalah media baik media lokal maupun media nasional, diharapkan supaya memberitakan sesuai dengan fakta agar bisa mengetahui sebenarnya siapa aktor dibalik masalah ini. Media nasional diwilayah papua rupaya pelaksanaan sebagai media tiba akal tiba masa karena hanya sisi negatif yang mengejarnya dan lain sisi tidak mediasi hal ini merupakan diskriminasi.

Diharapkan kepada KOMNAS HAM supaya segera membentuk tim dan usutkan kasus Tolikara supaya bisa menemukan aktor konflik diwilayah papua pada umumnya dan pada khususnya di Tolikara sehingga tidak berpanjang masalah tersebut. (Viktor Mirin)

MENDIDIK RAKYAT DENGAN PERGERAKAN MENDIDIK PEMERINTAH DENGAN PERLAWANAN

Jumat, 10 Juli 2015

Pehuni Asrama Papua Cenderawasi IV Makassar Menggelar Pelantikan Dan Rapat Kerja



Kota Study News: Pemilihan Ketua Asrama Mahasiswa Papua Cenderawasi IV makassar, di lakukan pada beberapa hari yang lalu, dimana dalam pemilihan tersebut ada sekian colon yang mencalonkan diri sebagai pengurus asrama, selama satu periode yaitu 2015/2016 dimana dimenangkan secara mutlak oleh sdr. Nas Murib mahasiswa asal kabupaten Nduga dengan perolehan sebanyak 18 suara. dan berhasil mengalahkan beberapa kandidat lainnya.

pada hari ini tanggal, 10 Juni 2015 telah melaksanakan pelantikan dirangkaikan dengan rapat kerja (RAKER) selama satu periode. Dalam acara tersebut, dihadiri beberapa organisasi daerah papua (ORGANDAP) serta penghuni asrama cenderasih IV makassar. Kemudian melantik para pengurus baru oleh salah seorang senior yaitu Hosea Wonda, yang mana di ketuai oleh Nas Murib dan didalamnya beberapa biro-biro yang dapat membawah penghuni asrama pada arah yang diharapkan.

Kota study news diwawancarai kepada Nas Murib selaku ketua baru terpilih, mengatakan bawah saya akan berusaha mengawal program kerja baik dari pengurus inti maupun hasil rapat yang akan putuskan melalui setiap biro-biro yang ada. Lanjutanya, saya akan berusaha semaksimal mungkin di mana membangun hubungan komunikasi dengan beberapa ORGANDAP yang ada sehingga kolektivitas dan solidaritas tetap akan bangun secara bersama-sama. Sangat membutuhkan juga kepedulian dari Pemerintah Daerah Papua dan Papua Barat harapannya supaya asrama juga segera renopasi karena sebagian material dan fasilitas asrama sudah rusak.

Ia juga sangat mengharapkan kepada kebawahannya agar bekerja dengan sungguh-sungguh sehingga bisa menjawab visi dan misi yang dipaparkan sebelumnya.pada dasarnya dari sinilah akan membentuk karakter baik secara fisikis maupun moralitas selain belajar di kampus-kampus bahkan di tempat pelatihan dan seminar sehingga mampu menyiapkan diri untuk menghadapi era persaingan belajar dan kerja.

Acara tersebut dilaksanakan di Asrama papua Jl. Lanto daeng pasewang pada pukul 9.00 Wita dengan dana yang sekupnya. Perkantian pengurus baru dilakukan karena sudah habis masa kepengurusan bahkan kondisi perkembangan yang sangat prihatin dengan kebiasaan yang tidak pada mestinya, sehingga melalui pengurus baru ini, bisa dapat mengendalikan dari kondisi yang tidak memungkinkan kebiasaannya.
 
Asso Sobolim/Viktor M


luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com