Selasa, 29 September 2015

POLISI KOLONIAL INDONESIA TEMBAK MATI KALEB BAGAU DI TIMIKA


KNPB Timika News----Pada hari ini senin tanggal 28 September 2015 Jam 19.00 wpb telah terulang lagi terjadi penembakan terhadap 2 warga sipil Anak-anak sekolah di pasar gorong-gorong kompleks biak timika papua. Nama korban KALEB BAGAU (17) di tembak Mati, status masih pelajar STM Kuala Kencana Kelas tiga. Dan Efrando (17) di tembak di bagian Dada dan kaki, satatus masih Pelajar anak sekolah SMK Petra Jl.Budi Utomo Timika Papua sementara lagi kritis di RSUD sp 1 Timika, mereka dua masih anak sekolah SMA. Awalnya sekitar jam 19.00 Wpb KALEB,dan EFRANDO bersama kawan-kawannya sedang duduk duduk di bawah tiang tower,tiba2 polisi menggunakan mobil patroli masuk di kompleks biak dan mengkepung di rumah warga dan menanya kepada warga setempat bahwa,dimanakah anak-anak yang bikin kacau di sini,tetapi memang karena situasi di kompleks biak itu masih aman-aman Akhirnya Mobil Patroli yang tadi pergi parkir di salah satu rumah warga orang jayapura dan menanya-nanya disitu,lalu ada warga yang lapor ke polisi bahwa anak-anak itu selalu bikin kacau di sini dan orang tuanya OPM,kemudian tidak lama 10 menit kemudian anggota kepolisian menggunakan 3 mobil dalmas,5 mobil Avansa dan sekitar 15 motor masuk dan mengepung di kompleks biak. Semua di kuasai oleh polisi kemudian karena polisi sedang melakukan pengerebekan akhirnya korban KALEB BAGAU karena takut lari ke arah PLEN ternyata di mata jalan bertemu dengan para anggota kepolisian.
Polisi ini langsung menggunakan Pistol Peredam dan menembak mati terhadap KALEB BAGAU dan Nanto tertembak di bagian dada dan kaki, setelah berhasil membunuh para kepolisian membawahnya pergi ke RSUD dan sampai saat ini korban KALEB BAGAU ada di Kantor KNPB dan PRD wilayah Timika. sumber Knpb timika,




Kamis, 24 September 2015

Benar-Benar Berjuang Dan Tepat Pada Sasaran

Kalau Berjuang Untuk Papua, Jangan Dengan Cara Pendekatan Yang Hanya Mengorbangkan Pikiran, Tenaga dan Waktu Cari cara yang tepat. Kita berjuang dengan cara yang tidak tepat terhadap musuh, maka masalah gampang dibuat dengan seenaknya dan masalah itu trus terjadi kecuali berjuangan dengan cara yang tepat, cara yang tepat adalah suatu cara dimana itu mampu melemahkan kekuatan musuh terhadap pelaku korban. Sehingga kedepan masalahnya tidak seenaknya diciptakan begitu saja tanpa diprosesi pengelesasian. Kita berjuang dengan berikan masukan, solusi, atau kritik kepada
berarti sama saja kita berikan cara baik kepada musuh kita dalam perlawanannya. Makanya itu bukan cara yang tepat. Saya pikir hal semacam ini orang Papua belum paham sampai kesana atas musuh dari penjajah Indonesia.
Padahal kita sudah mengetahui sejarahnya bahwa pembunuhan terhadap orang Papua secara tidakmanusiawi terus terjadi di Papua maupun luar Papua.



 Pembunuhan nyata terhadap mahasiswa Papua pada saat ini adalah seperti yang terjadi di Tomohon, Manado, Makassar atas nama Charles Enumbi, mahasiswa Semester akhir dan ada juga di Yogyakarta atas nama Paulus Petege, mahasiswa baru, 2013. Lain lagi, di jogja pada sebelumnya. Sementara yang daerah lain lagi itu sudah lebih banyak, apalagi dihitung dari awal integrasi Papua di NKRI.
Maka, salah satu momen yang tepat untuk orang Papua bersatu, terutama mahasiswa Papua sebagai agen of change adalah pada saat dimana tindakan pembunuhan ketidakmanusiawian oleh orang luar Papua terhadap orang Papua.

Misalnya momen pada pembunuhan mahasiswa Papua di sulawesi, Tomohon, dan Makassar untuk menentukan satu sikap yang mana isinya membuat mereka sebagai musuh itu bisa mengurangi terhadap orang Papua. Salah satu sikap tegas yang bisa dibuat orang Papua dengan berdasarkan pembunuhan mahasiswa Papua di Tomohon, Makassar itu adalah misalnya melalui surat pernrnyataan "ORANG JAWA SULAWESI DI PAPUA HARUS KEMBLI DI DAERAH ASAL". Suarat itu ditanda-tangani oleh seluruh panguyuban/komite yang ada disetiap kota study di seluruh Indonesia bersama masyarakat Papua/disetiap desa, lalu layangkan kepada pemerintah provinsi Papua, pemerintah provinsi di Sulwesi dan pemerintah Pusat, Presiden.

Ini sebuah sikap yang menekan semngat musuh mereka terhadap kita orang Papua. Semacam itu. Yang penting cari momen yang tepat. 


By Kristianus Degei 

Rabu, 23 September 2015

MIMIKA GAGAL TANGANI PEREDARAN MINUMANA KERAS (MIRAS)

MIMIKA GAGAL TANGANI PEREDARAN MINUMANA KERAS (MIRAS)

                                     FHOTO DOC PRIBADI  PUGIYE


Timika, Suara Mahasiswa PapuaTImika, 22/09/2015 Mewakili tokoh Agama Ev. Yusak Magai; menilai Pemda Mimika khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Mimika gagal dalam mengatasi peredaran minuman keras (MIRAS) meski telah ada surat keputusan (SK) Bupati Mimika. “SK Bupati Mimika terkait pelarangan penjualan minuman keras (MIRAS) namun, tidak dijalankan. disisi lain Disperindag Mimika menerbitkan surat izin pemasukan Miras kalau surat izin saja dikeluarkan bagaimana bisa menghentikan miras ini.

Kita tidak bisa menyalahkan yang mengkonsumsinya, apabila Miras ditiadakan pastinya masyarakat akan damai dan aman sesuai dengan visi Bupati dan Wakil Bupati Mimika,” jelasnya Magai. 

Lanjut tokoh Agama Ev. Yusak Magai mengatakan, Miras selama ini banyak menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan warga, banyak kasus kejahatan seperti pemerkosaan dan pembunuhan yang diakibatkan Miras. “Dinas terkait jangan hanya bicara tanpa tindakan harus turung ke lokasi penjualan Minuman Keras (MIRAS) kalau memang kita mempunyai niat untuk memberantas keberadaan Miras di Kabapaten Mimika, ,” ujarnya. 

Sebelumnya, Tokoh Pemuda Yulianus Pugiye menyambut baik keputusan Bupati Mimika Eltinus Omaleng SE; menyangkut pemberantasan Miras lewat pengecekan surat izin usaha Miras dan Pemberantasan Miras yang kadarnya tinggi. “Selama ini saya lihat banyak Miras yang dapat membahayakan nyawa manusia yang beredar. Langkah Bupati untuk menertibkan Miras harus didukung,” tandas.

Pugiye mengatakan, pihaknya yakin Kabupaten Mimika kedepan lebih baik lagi meski tanpa Miras yang sebenarnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding kebaikan. Miras dapat membahayakan nyawa manusia dan dan juga sumber penyakit masyarakat di Mimika, sehingga Miras ditertibkan. Tanpa Miras kita semua akan merasa hidup nyaman dan tenteram.

Berdasarkan informasi yang di terima Solidaritas Mahasiswa Papua, Miras ini sedang membunuh Masyarakat Generasi Muda Penerus Bangsa Papua, Oleh karenanya, mari Pemerintah, Masyarakat, Pelajar, Mahasiswa semuanya dengan serius kita berantaskan MIRAS dari tanah Papua lebih khusus Kabupaten Mimika yang kita cintai.

*Penulis Adalah Yulianus Pugiye Mahasiswa Papua




 
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com