Senin, 18 Juli 2016

MILITER TUTUP ASRAMA PAPUA 1 Yogyakarta



Kini bukan hanya di Papua, kekerasan dan pembungkaman terhadap hak berdemokrasi Rakyat Papua dilakukan, namun telah merambat hingga menyusup ke wilayah-wilayah di luar Papua.
Di kota Yogyakarta, tepat tanggal 14, 15,16, hingga17 juli 2016 menjadi satu catatan penting dalam sejarah hangusnya ruang demokrasi bagi Rakyat Papua yang menuntut hak demokrasi untuk menentukan nasibnya sendiri.
Tidak dapat dipungkiri bahwa suatu perubahan merupakan hasil dari kontradiksi antara pro dan kontra. Pembungkaman terhadap aksi Persatuan Rakyat untuk Pembebasan Papua Barat (PRPPB) merupakan lonjakan kualitas yang diakibatkan oleh lonjakan kuantitas daripada perjuangan Rakyat Papua sendiri. Petut diperhatikan bahwa semakin keras dan lebarnya teriakan Rakyat, semakin merusak indra pendengaran kaum elit borjuasi Indonesia maupun dunia yang hingga detik ini masih mengeruk seluruh kekayaan alam bumi Papua.
Teriakan Rakyat Papua kini menjadi perbincangan hangat di seluruh daratan mulai dari Eropa, Asia, Afrika, Amerika, Australia, bahkan di daratan Indonesia terbukti dengan front persatuan untuk pembebasan Papua yang kemudian dibungkam pula negara.
Bukan hal baru dan telah menjadi basi bahwa militer adalah gacok utama, garda terdepan negara untuk membungkam suara Pembebasan bagi Rakyat Papua, sejak 19 Desember 1961 setelah pengumandangan TRIKORA, operasi-operasi penumpasan kepada Rakyat Papua yang pro terhadap kemerdekaan Papua, hingga seluruh penyampaian aspirasi di bumi Papua hingga detik ini, militer adalah ujung tombak negara.
Selain militer, hal yang juga menjadi alat pembungkaman dan mempertahankan wilayah jajahannya adalah media-media visual maupun non visual untuk membungkam dan mengalihkan aspirasi Rakyat demi melindungi kepentingannya. Hal ini terlihat sangat jelas pada setiap aksi Rakyat di seluruh daratan bumi yang menolak dominasi kekuasaan kelas, termasuk aksi PRPPB pada tangga 14, 15, & 16. Dan menjadi penting bagi kita untuk mengerti dan tidak terhanyut dalam arus propaganda yang berbau SARA yang dilakukan oleh pihak penjajah untuk memecah-belah persatuan kaum tertindas.
Dalam situasi klimaks, penting untuk melahirkan perdebatan dalam pikiran untuk menjawab pertanyaan "Kepada Siapa kita harus menaruh harapan untuk memetik buah REVOLUSI?" Hal ini untuk menjaga perjuangan kita agar tidak jatuh dalam lubang refomasi. Dalam hal ini pula penting menjadi pertimbangan bagi kita, kutipan tulisan Marx dan Engels dalam dalam dokument Manifesto Komunis yang menyatakan bahwa akan muncul berbagai kelompok reformis yang lahir untuk memperbaiki tatanan kapitalisme yang semakin keropos.
Dan perjuangan perlawanan kita terhadap penindasan pun kini telah menjadi satu kekuatan yang diperhitungkan. Namun penting untuk kita pahami bersama bahwa, penjajahan adalah soal bisnis, negara merupakan alat politik untuk kepentingan ekonomi kelas yang berkuasa, maka pertahankan persatuan kita untuk menghancurkan system yang menjarah, mengindividualisasikan, dan mengasingkan setiap individu manusia ke dalam gua kapitalisme.
Dan persatuan kita tanpa batas, tapi kita tidak bersatu dengan kaum yang menjalankan mesin kapitalisme, kolonialisme, dan militerisme serta kaum yang menjalankan roda feodalisme dari pusat sampai lokal.
 

0 komentar:

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com