berarti sama
saja kita berikan cara baik kepada musuh kita dalam perlawanannya. Makanya itu
bukan cara yang tepat. Saya pikir hal semacam ini orang Papua belum paham
sampai kesana atas musuh dari penjajah Indonesia.
Padahal kita sudah mengetahui sejarahnya bahwa pembunuhan terhadap orang Papua secara tidakmanusiawi terus terjadi di Papua maupun luar Papua.
Padahal kita sudah mengetahui sejarahnya bahwa pembunuhan terhadap orang Papua secara tidakmanusiawi terus terjadi di Papua maupun luar Papua.
Pembunuhan nyata terhadap mahasiswa Papua
pada saat ini adalah seperti yang terjadi di Tomohon, Manado, Makassar atas
nama Charles Enumbi, mahasiswa Semester akhir dan ada juga di Yogyakarta atas
nama Paulus Petege, mahasiswa baru, 2013. Lain lagi, di jogja pada sebelumnya.
Sementara yang daerah lain lagi itu sudah lebih banyak, apalagi dihitung dari
awal integrasi Papua di NKRI.
Maka,
salah satu momen yang tepat untuk orang Papua bersatu, terutama mahasiswa Papua
sebagai agen of change adalah pada saat dimana tindakan pembunuhan ketidakmanusiawian
oleh orang luar Papua terhadap orang Papua.
Misalnya
momen pada pembunuhan mahasiswa Papua di sulawesi, Tomohon, dan Makassar untuk
menentukan satu sikap yang mana isinya membuat mereka sebagai musuh itu bisa
mengurangi terhadap orang Papua. Salah
satu sikap tegas yang bisa dibuat orang Papua dengan berdasarkan pembunuhan
mahasiswa Papua di Tomohon, Makassar itu adalah misalnya melalui surat pernrnyataan
"ORANG JAWA SULAWESI DI PAPUA HARUS KEMBLI DI DAERAH ASAL". Suarat
itu ditanda-tangani oleh seluruh panguyuban/komite yang ada disetiap kota study
di seluruh Indonesia bersama masyarakat Papua/disetiap desa, lalu layangkan
kepada pemerintah provinsi Papua, pemerintah provinsi di Sulwesi dan pemerintah
Pusat, Presiden.
Ini sebuah sikap yang menekan semngat musuh mereka terhadap kita orang Papua. Semacam itu. Yang penting cari momen yang tepat.
By Kristianus Degei
0 komentar:
Posting Komentar