Nilai
nyawa manusia papua dijadikan sebagai harga material yang bisa dijual-belikan
dengan harga yang ditentukan berdasarkan negosiasi. Sejak Papua intergerasi di indonesia, sampai
pada hari ini nyawa manusia papua tidak pernah menghitungkan satupun baik yang
ditempak maupun pembunuhan dengan berbagai cara. Itu artinya pandangan
indonesia terhadap orang papua adalah barang bukan manusia, padahal dalam agama
mengatakan sesungguhnya manusia tidak ada batas harganya dan yang menentukan
hidup-mati hanyalah Tuhan yang mengaturnya.
Sekian
banyak nyawa manusia papua yang tidak pernah dipersoalkan dimuka hukum dan
publik diperlakukan sebagai prikemanusiaan seperti manusia lain di dunia ini
secara tuntas. Indonesia pandang serius apabilah kekayaan alam orang Papua dan
masalah palestina, setiap presiden bergobar-gobar membelah bangsa lain dengan
berbagai alasan baik agama, ekonomi, politik ideoloogi dan kepentingan lain.
Sebenarnya adalah indonesia berusaha mencari- cari muka di dunia internasional,
supaya diklaim sebagai negara agamis, sosialis dan solidaritas pada hal
indonesia dipenuhi dengan hal-hal yang mengandung unsur tidak prikemanusian.
debat
kanditad kepemimpin Ir.Joko Widodo-Yusuf Kallah dalam pertarungan gagasan
Jokowi mengatakan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa sebab itu,
Falestina harus merdeka secara berdaulat melalui pendekatan prikemanusiaan baik
melalui usaha solidaritas maupun diplomasi lain. Sementara perjuangan orang
papua yang berujung secara dramatis dengan pembunuhan, perampasan, penganiayaan
dan pemerkosaan tidak pernah melihat dan mendengar dan mengucapkan satu kata
sekalipun. Kalau begitu ada satu pertanyaan yang muncul yaitu Falestina manusia
dan Papua bukan manusia?
Manusia
siapaun wajib hukumnya menghargai dan menghormati derajat manusia sebagai
makluk ciptaan-Nya dan dipertanggung jawabkan. Namun indonesia rupannya belum
membersikan tahi ayam yang masih melengget pada kakinya dan so’-so’ alim
terhadap negara lain dan mengaku dirinya sebagai negara pluralisme akan agama,
bahasa, suku, kebudayaan dan adat-isti adat. Bahkan anenya lagi adalah lembaga
agamis yang ikut terlibat dalam berbuatan kriminal dan membelah kepentingan
diri atas nama agama. Agama bukan sebuah alat yang melangkaikan kekuasaan
atapun kepentingan lain, melainkan tempat mendamaikan moralitas yang dipenuhi
dengan ajaran-ajaran keselamatan dan kebaikan baik diakhirat maupun sekarang.
Tindakan
seperti ini, jarang sekali menemukan hanya indonesialah yang mampu menaklukan
kelebihan Tuhan dan manusia di dunia ini. Saya bisa menyimpulkan bahwa tanggung
jawab diakhirat sangat besar bagi mereka yang melenyapkan manusia secara
semena-mena dan mengejar material dan biarkan nyawa manusia dipertanggung
jawabkan. Contoh konkrit yang terhot di indonesia adalah pasca terjadinya
kebakaran mazjid di Karubaga Kabupaten Tolikara. Petinggi besar negara
indonesia langsung turun di tempat kejadian perkara (TKP) dan menyoroti
berbagai macam cara untuk menindas orang papua itu sendiri. Kemudian tidak ada
seorang petinggi negarapun mempersoalkan nyawa yang ditempak mati dalam insiden
tersebut dan tindakan keamanan guna menciptakan suasana yang kondusif secara
patenpun tidak ada. Tetapi bagaiaman mempojokan pemerintah daerah papua maupun
pihak Gereja supaya turunkan derajat eksistensi orang papua dengan alasan
pelanggaran unsur agama.
Kemudian
mengedepankan pembangunan material yang telah menghanguskan bagaimana dengan nasib
kelurga baca Endi Wanimbo yang dibunuh oleh Polisi secara
semena-mena? Bukan hanya korban, calon
generasi bangsa papua, tetapi sekian banyak manusia papua yang dibunuh secara nyatapun tidak pernah
dipertanggung jawabkan secara hukum indonesia, malahan hukum tumbul keatas dan
tajam kebawah artinya diperlakukan hukum makar atau liar untuk kaum tertintas
dua kali libat dari hukum nasional. Tindakan kriminal orang indonesia terhadap
bangsa papua adalah sebagai bentuk mencintai harta kekayaan alam papua
dibanding manusia papua.
Beberapa
media yang meliput dalam insiden tersebut juga, terlalu berlebihan dalam
menyampaikan informasi dan tidak pernah ada media yang menyinggung tentang atas
meninggalnya boca tersebut, justru mengejar harta dan biarkan begitu saja
nayawa manusia. Setelah publik menilai
atas insiden tersebut banyak orang yang membangkit amarah sehingga tindakan
kriminal terhadap warga papua diseluruh indonesia semakin meningkat dan
menjatuhi pembunuhan dimana-mana. Bukankah manusia tidak sama harganya dengan
harta yang ada di dunia ini? Pemimpin negeri ini sungguh melupakan ajaran yang
benar dan melakukan hal duniawi yang dikuasai oleh hawa nafsu dan keinginan
dagingnya.
Pada
hal insiden ini, merupakan sebuah modus yang didesain secara terstruktur,
terencana dan masif untuk meredam isu perjuangan papua yang kini semakin terang
di permukaan dunia internasional menujuh zona papua yang damai secara berdaulat
hak atas tanah yaitu bumi cenderawasih. Bukan murnih insiden tersebut, ada
oknum dibalik layar masalah yaitu polisi, sehingga sangat sulit untuk mengakui
pelaku sampai-sampai pada hari ini belum ada titik terang. Andaikan bukan
polisi sangat cepat menemukan pelaku, kerja yang tidak nyata ini, merupakan
sengaja bersandiwara atas penderitaan pengorbanan masyarakat pribumi
Melaui
artikel ini, saya berkesimpulan bahwa manusia indonesia mencederai nilai agama
yaitu manusia papua murah harganya dan mahal harganya untuk material. Kemudian
saya juga ingin mengingkatkan kepada ritmen gerakan barisan kiri agar kiranya
tidak terporvokkasi dengan permainan intelektual indonesia. Karena insiden ini,
merupakan upaya meredam atau mengagalkan perjuangan kemerdekaan bangsa papua
yang kini semakin dekat menujuh revolusi secara total melalui refrendum untuk
menata diri sebagai manusia yang memiliki integritas akan haknya. (Viktor M)
0 komentar:
Posting Komentar